Peran Guru dalam Pengembangan
Rancangan Pembelajaran
Rancangan
Pembelajaran dapat dianalogikan dengan rancangan strategi permainan suatu tim.
Perancang pembelajaran kelas yang baik, mengetahui kelemahan dan kekuatan
siswanya dan dia tahu tantangan yang terkandung dalam kurikulum. Dia memiliki
ragam strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk membangkitkan kekuatan
siswa yang dapat mengurangi kelemahannya. Dan karena hampir semua semua
pembelajaran itu berlangsung dalam kelompok besar, maka perancang pembelajaran
perlu memiliki strategi menyeluruh yang membantu keseluruhan kelas
mengkoordinasi kegiatannya. Dalam hal ini guru berperan sebagai oerancang
pembelajaran kelas.
Ada
suatu analogi menarik dengan rancangan pembelajaran. Jika kegiatan pembelajaran
itu diibaratkan suatu tayangan film maaka pembelajaran yang baik perlu
didasarkan kepada jalan cerita yang jelas., peran yang harus dimainkan oeh
pemain, dan pemain yang bermutu. Jika dalam sinetron atau film semua itu
disiapkan dan atau dilakukan oleh orang yang berbeda maka dalam proses
pembelajaran seluruh peran itu dimainkan oleh seorang guru. Seorang guru adalah
seorang sutradara, dan aktor yang memainkan jalan cerita, tetapi juga sekaligus
sebagai penonton karena dia harus mengamati apa yang terjadi dalam proses
tersebut. Ada tiga hal pokok yang akan dibicarakan dalam kegiatan belajar ini
yaitu:
1. HAKIKAT
PROSES PEMBELAJARAN
Proses
pembelajaran sebagai proses implementasi kurikulum, menuntut peran guru untuk
mengartikulasikan kurikulum/bahan ajar serta mengembangkan dan
mengimplementasikan program-program pembelajaran dalam suatu tindakan yang
akurat dan adekuat. Peran ini hanya mungkin dilakukan jika guru memahami betul
tujuan dan isi kurikulum serta segala perangkatnya untuk mewujudakan proses
pembelajaran yang optimal.
Istilah
pembelajaran bukanlah hal yang baru dikenal bahkan mungkin kita tidak hanya
mengenal istilah itu melainkan pernah melakukannya. Apa sebenarnya yang
dimaksud dngan proses pembelajaran? Apakah pembelajaran itu proses penyampaian
pengetahuan kepada siswa? Proses melatih siswa sehingga dia terampil melakukan
sesuatu? Atau membantu proses belajar?
a. Pembelajaran
Sebagai Inkuiri Refleksi
Cara kita
memandang esensi pembelajaran akan bergantung kepada baagaimana kita memandang
pendidikan. Apakah kita memandang pendidikan sebagai suatu hasil atau sebagai
proses. Dengan kata lain apakah kita memandang pendidikan sebagai kualitas kata
kerja. Cara kita membedakan kedua hal ini akan mempengaruhi cara mempelajari
pendidikan dan perilaku kita sebagai guru. Jika pendidikan dipandang sebagai
kata benda, berarti bahwa pendidikan itu adalah sesuatu yang telah diperoleh.
Sedangkan jika dipandang sebagai kata kerja, pendidikan adalah proses inkuiri
yang berkelanjutan.
Pandangan
terakhir adalh pandangan yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang lebih
efektif dan mengarah kepada pengembangan profesi guru dan perkembangan siswa
secara optimal. Di dalam kajian ini, proses pembelajaran dipandang sebagai
proses membantu peserta didik belajar, membantu peserta didik mengembangkan dan
mengubah perilaku (pengetahuan, afektif, dan psikomotor), proses membantu
peserta didik merangkai gagasan, sikap, pengetahuan, apresiasi, dan
keterampilan.
Sebagai proses
inkuiri reflektif, pembelajaran mengandung makna sebagai proses sintesis dan
analisis. Inkuiri di dalam pembelajaran mengandung makna mempertanyakan,
menjelajahi lebih jauh, dan memerluas pemahaman tentang situasi. Sedangkan refleksi
mengimplementasikan adanya dugaan, penilaian, dan pertimbangan
faktor-faktor yang signifikan terhadap pencapaian tujuan. Dengan kata lain
proses pembelajaran sebagai imkuiri refleksi sangat menekankan unsur aktifitas
dan dinamika proses yang harus dipahami dan dihayati guru. Proses pembelajaran
tidak sekedar menjadi wahana belajar bagi peserta didik tetapi juga wahana
belajar bagi guru. Di dalam proses pembelajaran terjadi proses menjaawab
pertanyaan, mempertanyakan jawaban, dan mempertanyakan pertanyaan. Jelasnya proses pembelajaran adalah proses
dinamis, proses yang berkembang terus, dan didalam proses itu akan terjadi
proses belajar. Dalam proses pembelajaran terkandung prses mengajar dan
belajar, sebagai dua proses yang saling bergantung, mengajar hanya akan ada
jika terjadi proses belajar.
Proses
pembelajaran sebagai inkuiri reflektif akan
menempatkan guru sebagai:
Ø Individu
yang secara terus menerus aktif belajar, anda juga berperan sebagi siswa,
Ø Seorang
guru yang memandang siswanya untuk menjadi pelajar yang reflektif,
Ø Seorang
profesional yang secara terus menerus merefleksikan keefektifannya sebagai
seorang guru,
Ø Seorang
profesional yang selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya.
b. Perkembangan
Sebagai Tujuan Pembelajaran
Tatkala
seorang guru ditanya tentang tujuan apa yang ingin dicapai dengan pengajaran
Bahasa, IPA, IPS dan juga bidang studi atau pelajaran lain, mungkin dia
menjawab bahwa dia bertujuan mengembangkan manusia terdidik, dan untuk mencapai
itu dia mengajarkan Bahasa, IPA, IPS atau bidang studi lain karena bidang
esensial untuk berlangsungnya pendidikan secara mulus.
Bukan hal
mustahil bahwa pembelajaran yang ekselen (unggul)
dikerjakan oleh guru-guru artistik yang tidak memilik konsep yang jelas tentang
tujan tetapi mereka secara intuitif memiliki pemahaman tentang apa proses
pembelajaran yang baik, materi sajian apa yang dianggap penting/bermakna, topik
apa yang relevan dengan penembangan peserta didik, bagaimana menyajikan bahan
secara efektif, serta bagaimana menilai keberhasilan siswa. Akan tetapi jika
suatu program pendidikan atau pembelajaran dirancang dan diupayakan untuk
dilakukan perbaikan secara berkesinambungan, bagaimanapun juga pemahaman akan
konsep-konsep tujuan yang hendak dicapai adalah suatu keharusan bagi guru.
Tujuan pembelajaran menjadi tolak ukur untuk memilih bahan ajar, merancang isi
pembelajaran, mengembangkan prosedur pembelajaran, dan mempersiapkan tes dan
ujian. Semua aspek progrm pembelajaran secara nyata merupakan instrumen untuk
mencapai tujuan. Artinya jia menelaah program pembelajaran secara sistematis
dan cermat, maka pertama-tama yang harus diyakini adalah tujuan yang hendak dicapai.
Persoalan yang
muncul ialah apa yang menjadi tujuan pembelajaran itu? Salah satu hal yang
dirisaukan atas praktek pendidikan adalah ketidakseibangan pengembangan aspek
intelektual dan nonintelektual. Sering kali terjadi bahwa proses pembelajaran
lebih menekankan pengembangan aspek intelektual sengkan aspek nonintelektual
kurang tersentuh. Bahkan dalam aspek intelektual pun seringkali hanya menyentuh
satu sisi, yaitu kemampuan berpikir logis (convergent
thinking) dan kurang mengembangkan kemampuan kreatifitas siswa (divergent thingkng).
Kecenderungan
proses pembelajaran seperti ini akan menimbulkan kekurangan bermaknaan karena
proses pembelajaran hanya merupakan proses intelektualisasi dan bukan proses
personalisasi. Kecenderungan ini juuga akan mendorong tumbuhnya kompetensi
intelektual yang tajam, sementara kepekaa sosial dan lingkungan menjadi pudar.
Titik lemah proses pembelajaran tersebut perlu diperbaiki dengan menekankan
kepada konsep perkembangan sebagai tujuan pembelajaran.
Pada umumnya
diakui dalam diri manusia ada suatu instrumen penting untuk mengembangkan diri
yaitu akal pikiran. Hanya saja pengembangan kemotekaran
(akal pikiran) melalui proses pembelajaran harus dibarengi dengan
pengembangan nilai-nilai dan keteramilan hidup dan menempatkan nilainilai dan
keterampilan hidup itu sebagai objek dan juga sekaligus sebagai landasan
pengembangan akal pikiran. Hal ini diharapkan terjadi di dalam proses
pembelajaran sebagai wahana pengembangan pribadi peserta didik.
Dalam
kaitannya dengan perkembangan peserta didik, proses pembelajaran memiliki
fungsi:
Ø Pengembangan,
yakni membantu peserta didik mengembangkan diri sesuai dengan potensi dan
keunikannya,
Ø Peragaman,
yaitu embantu peserta didik memilih arah perkembangan yang tepat sesuai dengan
potensi dan peluang yang diperolehnya,
Ø Integrasi,
yakni membawa keragaman perkembangan ke arah dan tujuan yang sesuai dengan
eksistensi kehidupan manusia.
2. PROSEDUR
PENGEMBANGAN RANCANGAN PEMBELAJARAN
Kegiatan dalam
menyusun rancangan pembelajaran ini akan mencakup:
a. Analisis
kurikulum,
Secara fisik,
kurikulum dituangkan dalam suatu dokumen yang pada intinya menggambarkan bahan
ajar yang harus diajarkan dalam tingkatan kelas dan kurun waktu tertentu.
Kurikulum dalam bentuk dokumen semacam ini merupakan kurikulum ideal atau
kurikulum yang diharapkan (ideal of
expected curriculum).
Di dalam
praktek seorang guru dituntut untuk mengartikulasikan kurikulum kedalam ragam
dan rentang pengalaman belajar peserta didik. Artikulasi dan implementasi
kurikulum yang ideal tadi akan bersifa kontekstual dan bergantung kepada
kondisi objektif guru maupun peserta didik. Oleh karena itu, sangat mungkin apa
yang dilaksanakan dalam praktek tidak sepenuhnya mewujudkan hal-hal yang
terkandung dalam kurikulum tersebut. Dengan kata lain kurikulum yang terlaksana
(implemented curriculum) tidak selalu
identik dengan kurikulum ideal.
Persoalan yang
muncul ialah bagaimana agar kurikulum yang terlaksana tadi tidak menyimpang
dari kurikulum yang ideal. Dalam hal inilah seorang guru perlu melakukan analisis
kurikulum yang dimaksudkan untuk merumuskan rencana dan bahan ajar yang lebih
bermakna sesuai dengan perkembangan peserta didik. Ada tiga hal yang perlu
dipertimbangkan dalam melakukan analisis kurikulum, aitu sebagai beriut:
Ø Total
waktu yang anda miliki untuk menangani topik-topik utama yang harus diajarkan,
Ø Asumsi-asumsi
yang anda gunakan tentang pengetahuan dan keterampilan awal peserta didik untuk
memulai mempelajari topik-topik baru,,
Ø Tujuan
umum belajar yang dirumuskan untuk siswa.
Waktu serta
pengetahuan dan keterampilan awal akan dibahas sendiri, sedangkan tujuan akan
dibahas pada bagian tujuan pembelajaran.
a) Waktu
Keseluruhan
waktuyang harus anda rancang untuk pengajaran mencakup waktu untuk mengajarkan
seluruh isi pelajaran dan waktu yang diharapkan dimiliki siswa untuk
mengajarkan pekerjaan diluar kelas. Anda tidak akan pernah memiliki cukup waktu
untuk melakukan segalanya yang ingin anda lakukan dalam satu pelajaran. Oleh
karena itu, anda harus sadar betul waktuyang perlu dimiliki dan direncanakan.
Rancangan
waktu dapat dirumuskan kedalam waktu tatap muka dengan siswa, administrasi
kelas, dan kegiatan luar kelas. Banyak ragam kegiatanyang bisa dirancang
untukkegiatan di luar kelas yang pada intinya mengembangkan tanggung jawab
siswa terhadap tugas-tugas yang harus dikerjakan, yang biasanya dinyatakan
dalam bentuk pekerjaan rumah.
b) Pengetahuan
dan Keterampilan Awal
Benyamin Bloom
(1976) mengembangkan suatu teori yang menjelaskan mengapa unjuk kerja siswa
berbeda atas tugas-tugas pembelajaran (learning
task) yang diperhadapkan padanya. Teori ini mengatakan sebagai berikut:
Ø Sampai
dengan 50% keraguan prestasi siswa ditentukanoleh kepemilikan keterampilan
kognitif awal yang diperlukan untuk memulai pembelajaran.
Ø Sampai
dengan 25% Keragaman perstasi ditentukan oleh karakteristik afektif awal.
Karakteristik ini berkaitan dengan kemauan dan motivasi siswa untuk belajar.
Ø
Sampai dengan 25% keragaman prestasi siswa
ditentukan oleh balikan yang efekti dan tepat waktu dari guru dan/atau bahan
pembelajaran.
Teori ini tentu berlaku secara keompok tidak secara individual, dan kita
tidak bisa membuat penyederhanaan atas proses pembelajaran yang dialami oleh
setiap siswa. Proses secara individual akan lebih kompleks, karena prilaku
menusia mempunyai ragam penyebab adalah hal yang berbahaya jika kita melakukan
penyederhanaan dalam menjelaskan perilaku.
Bagi seorang guru sekolah, pemahaman pengetahuan dan keterampilan awal
siswa dapat silakukan dengan cara menganalisis kurikulum sebelumnya, atau
diskusi dengan guru yang pernah mengajar pada tingkat sebelumnya. Pemahaman
tersebut dapat anda padukan dengan pemahaman anda tentang isi pelajaran yang
harus dipelajari.
b. Penyiapan
tujuan instraksional,
Pemahaman anda
tentang isi pelajaran dan waktu yang tersedia, menjadi landasan bagi
pengembangan dan perumusan tujuan pembelajaran. Ada empat tipe tujuan
pembelajaran, yaitu:
1. Tujuan
keperilakuan, rumusan tujuan yang ada dalam bentuk perilaku siswa yang dapat
diobservasi, diukur, dan diuji bahwa siswa sudah menguasai dengan baik perilaku
yang harus dicapai secara khusus.
2. Tujuan
pemecahan masalah, merumuskan pembelajaran siswa dalam proses untuk menggunakan
pikiran melalui pengkajian isu yang tidak memiliki pemecahan spesifik.
Ada lima hal
yang membedakan tujuan pemecahan masalah dari tujuan keperilakua, yaitu:
ü Pemecahan
terhadap masalah tidak dapat dirumuskan sebelumnya dan seringkali pemecahan
yang muncul merupakan hal yang tidak/belum pernah terfikirkan sebelumnya.
ü Proses
berpikir melalui masalah sama pentingnya dengan pemecahan masalah itu sendiri.
ü Peran
guru berubah dari seseorang yang memandu secara eksplisit kepada seseorang yang
mendorong dan pemberi kritik yang bersahabat.
ü Perubahan
peran guru akan mengubah peran siswa. Arah kerja siswa tidak lagi kepada hasil
yang sudah diprediksi.
ü Perbedaan
antara kedua tujuan ini akan bermuara pada sistem evaluasi.
3. Tujuan
ekspresif, merumuskan pembelajaran siswa kedalam tingkst pengalaman tinggi yang
bermakna secara individual apakah sebelumnya sudah diantisipasi atau belum.
4. Tujuan
afektif, ada kesamaan dengan tujuan ekspresif, hanya tujuan afektif lebih
terfokus pada respons-respons emosional terhadap kurikulum dan pengajaran.
Dalam tatanan paling rendah perilaku afektif direplikasikan dalam bentuk
memperlihatkan dan merespons. Dalam kaitannya dengan rumusan tujuan pengajaran
untuk memahami perilaku ini biasanya ditambah dengan rumusan “berkemauan
untuk”.
c. Kegiatan
yang di arahkan untuk mencapai tujuan,
Secara
operasional kegiatan pembelajaran yang tertuang dalam satuan pelajaran diartikan
sebagai sejumlah waktu yang dirancang untuk mengajari siswa suatu topik
sederhana, bisa berupa konsep, keterampilan, proses, diskusi singkat tentang
cerita pendek,atau bagian dari novel. Kata sederhana mengandung arti bahwa
setiap satuan arti pembelajaran adalah hanya satu dari rangkaian satuan-satuan
pelajaran yang saling terkait dam bekerja sama membantu siswa memahami hal-hal
yang lebih kompleks.
Setiap
kegiatan pembelajaran dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu:
Ø Kegiatan
Awal
Pada saat anda
memperkenalkan topik baru kepada siswa, perlu di ingat bahwa siswa harus
dibantu memahami topik itu dalam konteks keseluruhan pengajaran. Bagian
pengantar dari satuan pelajaran dapat membantu siswa dalam hal-hal berikut.
1. Mengaitkan
hal-hal yang sudah dipelajari dengan hal baru. Pengatar satuan pengajaran dapat
diisi dengan mengaitkan kembali pengetahuan awal dan mengaitkannya dengan
informasi baru sehingga pengetahuan awal itu dapat menjadialat yang bermakna
bagi proses mengajar baru.
2. Memberi
kesempatan kepada siswa untuk memahami topik secara keseluruhan sebelum
mempelajari hal-hal yang terkandung dalam tooik secarc detail.
3. Menumbuhkan
hasrat ingin tahu siswa dan merangsang perhatian danhasrat belajar siswa secara
berkelanjutan.
4. Menyadarkan
siswa akan apa yang diharapkan guru dari siswa dalam atau selama pembahasan
topik tersebut di samping menyampaikan tujuan pembelajaran.
Ø Rancangan
untuk kegiatan inti pembelajaran
Banyak ragam
konsep dan pemikiran tentang bagaimana proses dan kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Ada yang melihat sebagai suatu “siklus pelajaran” yang mengorganisasikan
kegiatan mengajar kedalam aspek-aspek rangkaian arah kegiatan guru (Hunter,
1984). Ada yang merumuskan kedalam langkah-langkah terstruktur misalnya
Posenshine dan Stevens (1986). Ada pula yang menekankan kepada model (Joyce dan
Weil, 1986) yang tidak sependapat dengan adanya langkah-langkah sistematis dan
standar dalam proses pembelajaran.
Ini berarti
tidak banyak ragam rancangan dilaksanakan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan yang beraneka ragam pula. Walaupun demikian kegiatan pembelajaran
dikehendaki mampu menumbuhkan dan mengembangkan hal-hal berikut ini:
1.
Mengantarkan siswa kepada informasi atau
keterampilan baru.
2.
Mendorong siswa mengkaji ulang atau menafsirkan
ulag informasi atau keterampilan yang sudah dipelajari sebelumnya.
3.
Memungkinkan siswa mampu melihat kekurangan
dalam proses belajar sebelumnya dan mengisi kekurangan itu.
4.
Mendorong siswa untuk mengembangkan atau
memperkuat proses-proses fisik, kognitif, sosial maupun afektif.
5.
Mendorong siswa untuk menghasilkan,
mengorganisasikan dan menyatakan informasi baru itu dalam cara-cara kreatif.
6.
Mendorong siswa untuk memperkirakan dan
memikirkan gagasan yang belum dikembangkan serta masalah yang belum terpecahkan.
Tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan menjadi panduan bagi anda dalam memikirkan
keseluruhan proses pembelelajaran, memutuskan hasil yang paling penting yang
harus dicapai, mengaitkan tujuan pembelajaran dengan tujuan kurikulu.
Ø
Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk
merumuskan ikhtisar yang bertujan untuk:
1.
Mengkaji ulang butir-butir penting dari isi
kegiatan pembelajaran.
2.
Memungkinkan siswa merefleksikan pembelajaran
dan menggambarkan kumpulan dari pengalaman pembelajaran.
3.
Memberikan gambaran tentang pembelajaran yang
akan datang.
d. Perencanaan
evaluasi.
Salah satu
koponen penting dari keseluruhan perencanaan pembelajaran adalah perencanaan
untuk mengetahui apakah setelah kurun waktu tertentu siswa anda memperoleh
kemajuan sesuai engan tujuan yang telah ditetapkan atau apakah siswa anda siap
mencapai tujuan yang lebih kompleks. Tujuan-tujuan yang sudah dirumuskan baik
tujuan kepperilakuan, sampai dengan kemajuan siswa semua kegiatan evaluasi ini
disebut evaluasi sumatif, yaitu evaluasi yang merangkum seluruh hasil belajar
siswa pada jangka waktu tertentu.
Evaluasi lain
yang perlu dirancang adalah evaluasi formatif. Evaluasi ini dimaksudkan untuk
melihat kemajuan siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Evaluasi
sumatif maupun formatif harus dirancang secara konsisten dengan tujuan yang
sudah ditetapkan.
3. RANCANGAN
UNIT PEMBELAJARAN
Misalkan anda guru kela lima dan akan mengajarkan kesusastraan
Indonesia dngan tema roman. Anda tentu mempunyai banyak topikyang ingin diajarkan
dan dikuasai oleh siswa. Tentunya siswa tidak mungkin menguasai seluruh tujuan
yang berkaitan dengan topik-topik itu dalam satu hari. Jika anda tidak
merancang dengan cermat satuan-satuan elajaran, unit akan menjadi bacaan dan
tulisan yang kurang bermakna. Dalam kaitan dengan rancangan pembelajaran, anda
perlu membedakan tujuan unit dan tujuan satuanpelajaran. Tujuan unit akan
mencakup beberapa minggu kegiatan dan satuan pelajaran sebelum siswa dapat
menguasai keseluruhannya. Satuan-satuan pelajaran akan terbangun dalam suatu
kesatuan yang tertata kedalam suatu unit yang kohesif.
Setelah satuan-satuan pelajaran itu ditata, ha; penting yang perlu
dicek ulang ialah konsistensi antara tujuan, kegiatan, dan evaluasi. Penting
juga untuk dilakukan pengecekan konsistensi silang antarsatuan pelajaran untuk
meyakinkan bahwa satuan-satuan pelajaran yang sudah dirancang itumemungkinkan
siswa mencapai tujuan unit.