Pembelajaran PKn
Metode Pembelajaran:
“Bermain Peran”
Dosen Pengampu:
Dr. Osa Juarsa,
M.Pd
Disusun Oleh: Kelompok 8
1.
Erik Yopis (A1G010005)
2.
Nanda Masyitah (A1G010043)
3.
Zendro Hareflen (A1G010044)
Tingkat V A
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012
KATA PENGANTAR
Puji
dan Syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Swt atas segala rahmat, hidayah
serta petunjuk-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Pembelajaran PKn untuk model pembelajaran dengan
pembahasan “Metode Bermain
Peran”.
Dalam
makalah ini akan diuraikan mengenai pengertian, prinsip dasar dan ciri-ciri, tujuan dan manfaat, langkah-langkah pembelajaran
bermain peran serta keunggulan
dan kelemahan bermain peran.
Dalam
penyelasaian tugas ini tentunya banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, tidak lupa kami sampaikan rasa terimakasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Pembelajaran PKn di kelas VA serta anggota kelompok yang telah
bekerjasama dengan baik sehingga tugas ini selesai tepat pada waktunya.
Apabila dalam penulisan
makalah ini banyak kesalahan,
kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan selanjutnya. Kami berharap kiranya makalah yang
kami buat ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang terlibat dalam pendidikan dalam
pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari, untuk dapat menerapkannya
dengan baik sehingga dapat menjadi guru profesional.
Bengkulu, Desember 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR
ISI................................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................... 2
1.3. Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Metode Bermain Peran.................................................................. 3
2.2. Apa saja Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Metode Bermain Peran......................... 5
2.3. Tujuan dan Manfaat Bermain Peran? ............................................................. 7
2.4. Langkah-langkah Pembelajaran Bermain Peran.............................................. 9
2.5. Keunggulan dan Kelemahan Bermain Peran .................................................. 13
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 17
3.2 Saran ................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Sebagai
seorang guru sebaiknya perlu menentukan
pendekatan dan metode yang akan digunakan sebelum melakukan proses belajar
mengajar. Pemilihan suatu pendekatan dan metode tentu harus disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran dan sifat materi yang akan menjadi objek pembelajaran.
Pembelajaran dengan menggunakan banyak metode akan menunjang pencapaian tujuan
pembelajaran yang lebih bermakna.
Bermain peran merupakan salah satu alternatif yang
dapat ditempuh. Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli
menunjukkan bahwa bermain peran merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran
diarahkan pada pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia,
terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Manusia merupakan makhluk sosial
dan individual, yang dalam hidupnya senantiasa berhadapan dengan manusia lain
atau situasi di sekelilingnya. Mereka berinteraksi, berinterdepedensi dan
pengaruh mempengaruhi. Sebagai individu manusia memiliki pola yang unik dalam
berhubungan dengan manusia lain. Ia memiliki rasa senang, tidak senang,
percaya, curiga, dan ragu terhadap orang lain.
Peran dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perasaan, ucapan dan tindakan, sebagai suatu pola hubungan unik yang ditunjukkan oleh individu terhadap individu lain. Peran yang dimainkan individu dalam hidupnya dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap dirinya dan terhadap orang lain. Oleh sebab itu, untuk dapat berperan dengan baik, diperlukan pemahaman terhadap peran pribadi dan orang lain. Pemahaman tersebut tidak terbatas pada tindakan, tetapi pada faktor penentunya, yakni perasaan, persepsi dan sikap. Bermain peran berusaha membantu individu untuk memahami perannya sendiri dan peran yang dimainkan orang lain sambil mengerti perasaan, sikap dan nilai yang mendasarinya.
Peran dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perasaan, ucapan dan tindakan, sebagai suatu pola hubungan unik yang ditunjukkan oleh individu terhadap individu lain. Peran yang dimainkan individu dalam hidupnya dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap dirinya dan terhadap orang lain. Oleh sebab itu, untuk dapat berperan dengan baik, diperlukan pemahaman terhadap peran pribadi dan orang lain. Pemahaman tersebut tidak terbatas pada tindakan, tetapi pada faktor penentunya, yakni perasaan, persepsi dan sikap. Bermain peran berusaha membantu individu untuk memahami perannya sendiri dan peran yang dimainkan orang lain sambil mengerti perasaan, sikap dan nilai yang mendasarinya.
Pada umumnya, siswa tidak menyukai pelajaran PKn
karena alasan banyak bacaannya sementara sebagian besar siswa adalah anak yang
kinestetis. Metode bermain peran dipilih karena cocok dengan siswa yang
kinestetiknya tinggi, atau tidak bisa diam. Apalagi hanya mendengarkan
penjelasan atau membaca teks, dapat
dipastikan tidak banyak materi yang dapat tersampaikan.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian metode bermain peran?
2. Apa
saja prinsip dasar dan ciri-ciri metode bermain peran?
3. Apa
saja tujuan dan manfaat bermain peran?
4. Apa
saja langkah-langkah bermain peran?
5. Apa
saja keunggulan dan kelemahan metode bermain peran ?
1.3
Tujuan
Mengetahui dan memahami mengenai pengertian bermain
peran, prinsip dasar dan ciri-ciri metode bermain peran, langkah-langkah metode
bermain peran, keunggulan dan kelemahan metode bermain peran serta cara
mengatasi kekurangan metode bermain peran.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode Bermain Peran
Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara yang
digunakan guru untuk menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas,
baik secara individual atau secara kelompok agar pelajaran yang disampaikan
dapat terserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik (Ahmadi dan
Prasetya 1997:52). Jadi seorang guru harus pandai memilih metode pembelajaran
yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu metode pembelajaran
yang bisa digunakan adalah metode pembelajaran bermain peran. Bermain peran
menurut Ramayulis (2008:309), berasal dari kata Sosio yang artinya masyarakat
dan drama yang berarti keadaan orang atau peristiwa yang dialami orang, sifat,
dan tingkah lakunya, hubungan seseorang dengan orang lain dan sebagainya.
Metode bermain peran menekankan pada
siswa dapat menghayati peranan apa yang dimainkan, dan mampu menempatkan diri
dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru. Ia dapat belajar watak orang
lain, cara bergaul dengan orang lain, bagaimana cara mendekati dan berhubungan
dengan orang lain, dan dalam situasi tersebut mereka harus dapat memecahkan
masalahnya.
Dalam metode bermain peran, siswa dapat
berperan sebagai dan berperilaku seperti orang lain sesuai dengan skenario yang
telah disusun gurunya. Dalam hal ini diharapkan siswa memperoleh inspirasi dan
pengalaman baru yang dapat mempengaruhi sikap siswa. Guru mengatur sedemikian
sehingga cerita yang disusun cukup bagus dan dapat menarik perhatian siswa,
sehingga semata-mata semua siswa dapat
masuk di dalamnya, ikut merasakan dan ikut mengalaminya. Dengan demikian siswa
diharapkan dapat menyesuaikan diri dalam situasi tertentu.
Metode bermain peran adalah berperan
atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah sosial atau psikologis. Bermain peran adalah salah satu bentuk
permainan pendidikan yang di gunakan unutk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah
laku dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandangan dan cara
berfikir orang lain (Depdikbud, 1964:171).
Melalui metode bermain peran siswa
diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi, dengan bantuan kelompok sosial
yang anggotanya teman-temannya sendiri. Dengan kata lain metode ini berupaya
membantu individu melalui proses kelompok sosial. Melalui bermain peran, para siswa mencoba mengeksploitasi
masalah-masalah hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya. Hasilnya
didiskusikan dalam kelas.
Proses belajar dengan menggunakan metode
bermain peran diharapkan agar siswa mampu menghayati tokoh yang dikehendaki,
keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menentukan apakah
proses pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai
berkembang: (Hasan, 1996: 266). Metode bermain peran
merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan kepada siswa tentang
masalah-masalah hubungan sosial, untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Masalah hubungan sosial tersebut didramatisasikan oleh siswa dibawah pimpinan
guru, melalui metode ini guru ingin
mengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam hubungan antara sesama manusia.
Cara yang paling baik untuk memahami nilai bermain peran adalah mengalami
sendiri bermain peran, mengikuti penuturan terjadinya bermain peran dan
mengikuti langkah-langkah guru pada saat memimpin bermain peran.
Metode Bermain peran merupakan suatu
cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa
dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada
umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang
diperankan. Melalui metode ini siswa menjadi mengerti bagaimana cara menerima
pendapat orang lain. Siswa juga harus bisa berpendapat, memberikan argumentasi
dan mempertahankan pendapatnya.
2.2 Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Metode
Bermain Peran
Ø Prinsip Bermain Peran:
Bermain peran pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk
menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan
peran di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi
agar peserta memberikan penilaian terhadap suatu hal. Misalnya: menilai
keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian
memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut.
Pembelajaran ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam
pertunjukan, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.
Bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada
tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986).
Dalam bermain peran murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas. Selain
itu, bermain peran sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas
dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan
memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Dalam bermain peran murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran,
secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa bersama teman-temannya pada
situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada
diri murid (Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Lebih lanjut prinsip
pembelajaran memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan
bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan memainkan
peran dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan bersikap
mau menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan
secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka
pelajari (Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena
tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi.
Menurut
Nur (200); prinsip dasar dalam pembelajaran bermain sebagai berikut:
a. Setiap
anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya
b. Setiap
anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota adalah tim
c. Kelompok
mempunyai tujuan yang sama
d. Setiap
anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama
diantara anggota kelompoknya
e. Setiap
anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi
f. Setiap
anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya
g. Setiap
anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok bermain peran
Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd. (2004:141)
terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan
perilaku dan nilai-nilai sosial, yang kedudukannya sejajar dengan metode-metode
mengajar lainnya, yakni:
a. Secara
implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan pengalaman
dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi “di sini pada saat ini’’. Metode
ini percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan
analogy mengenai situasi kehidupan nyata. Terhadap analogy yang diwujudkan
dalam bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan respons emosional
sambil belajar dari respons orang lain.
b. Bermain
peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang
tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Bermain peran dalam
konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan
itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari pembelajaran.
c. Metode
bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar
untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu
datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat
terhadap masalah yang sedang diperankan. Dengan demikian, para peserta didik
dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang
pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal.
Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain
tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, metode mengajar ini
berusaha mengurangi peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam
pendekatan tradisional. Metode bermain peran mendorong peserta didik untuk
turut aktif dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana
orang lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi.
d. Metode
bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap,
nilai, perasaan dan sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui
kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para peserta didik dapat
menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan
nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang
lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya.
Ø Ciri-ciri Metode
Bermain Peran:
a. Siswa
dalam kelompok secara bermain menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
b. Kelompok
dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat
kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari
ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
c. Penghargaan
lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
2.3
Tujuan
dan Manfaat Bermain Peran
Menurut Zuhaerini (1983: 56), metode ini digunakan apabila pelajaran
dimaksudkan untuk:
a.
Menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya
menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik
didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati
oleh anak
b.
Melatih anak-anak agar mereka mampu
menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis
c.
Melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan
memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.
Sementara itu, Davies
(1987: 19) mengemukakan bahwa penggunaan bermain
peran dapat membantu murid dalam mencapai tujuan-tujuan afektif. Esensi bermain peran, menurut Chesler dan
Fox dalam Basri Syamsu (2000: 23) adalah “partisipan berkesempatan untuk
terlibat aktif dalam situasi nyata untuk mengerti dan memecahkan masalah”.
Mudairin (2009: 4) menjelaskan untuk dapat mengukur sejauhmana
bermain peran memberikan manfaat kepada pemeran dan pengamatnya ditentukan
oleh:
a.
Kualitas pemeranan
b.
Analisis yang dilakukan melalui diskusi setelah
pemeranan
c.
Persepsi murid terhadap peran yang ditampilkan
dibandingkan dengan situasi nyata dalam kehidupan.
Tujuan
metode pembelajaran bermain peran pada praktiknya adalah merubah pemahaman anak
terhadap sesuatu menjadi bentuk perilaku. Meskipun metode
pembelajaran ini menuntut tindakan-tindakan nyata dari peserta didik, namun
sebenarnya pembelajaran ini tidak hanya terfokus untuk mengajari peserta
didik bagaimana berprilaku tetapi mengajak peserta didik untuk menemukan
jalan keluar atas sebuah masalah serta mencari pilihan solusi lainnya.
pembelajaran ini menuntut tindakan-tindakan nyata dari peserta didik, namun
sebenarnya pembelajaran ini tidak hanya terfokus untuk mengajari peserta
didik bagaimana berprilaku tetapi mengajak peserta didik untuk menemukan
jalan keluar atas sebuah masalah serta mencari pilihan solusi lainnya.
Metode
bermain peran wajar digunakan dalam pembelajaran menurut Ramayulis
(2008:301-311) dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang mengandung sifat-sifat
sebagai berikut :
a. Memahami perasaan orang lain
b. Membagi pertanggungan jawab dan
memikulnya
c. Menghargai pendapat orang lain
d. Mengambil keputusan kelompok
e. Membantu penyesuaian diri dengan
kelompok
f. Memperbaiki hubungan sosial
g. Mengenali nilai-nilai dan
sikap-sikap
Ø Tujuan Bermain Peran :
a. Untuk motivasi siswa
b. Untuk menarik
minat dan perhatian siswa
c. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi situasi dimana mereka mengalami
emosi, perbedaan pendapat dan permasalahan dalam lingkungan kehidupan sosial
anak
d. Menarik siswa
untuk bertanya
e. Mengembangkan
kemampuan komusikasi siswa
f. Melatih siswa
untuk berperan aktif dalam kehidupan nyata
Ø Manfaat Bermain Peran :
Manfaat yang dapat diambil dari bermain peran adalah:
a.
Bermain peran dapat memberikan
semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan
terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari.
b.
Bermain peran melibatkan jumlah
murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar.
c.
Bermain peran dapat memberikan
kepada murid kesenangan karena bermain peran pada dasarnya adalah permainan.
Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa.
Bermain peran merupakan salah satu
metode belajar komunikatif yang berorientasi pada pembelajar.
2.4
Langkah-Langkah
Pembelajaran Bermain Peran
Menurut
Shaftel (1967) mengemukakan sembilan tahap bermain peran yang dapat dijadikan pedoman
dalam pembelajaran:
1.
Memotivasi kelompok
Menghangatkan suasana kelompok termasuk
mengantarkan peserta didik terhadap masalah pembelajaran yang perlu dipelajari.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah,
menafsirkan cerita dan mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang
akan dimainkan. Masalah dapat diangkat dari kehidupan peserta didik, agar dapat
merasakan masalah itu hadir dihadapan mereka, dan memiliki hasrat untuk
mengetahui bagaimana masalah yang hangat dan actual, langsung menyangkut
kehidupan peserta didik, menarik dan merangsang rasa ingin tahu peserta didik,
serta memungkinkan berbagai alternative pemecahan. Tahap ini lebih banyak
dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik pada masalah karena
itu tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan paling menentukan
keberhasilan. Bermain peran akan berhasil apabila peserta didik menaruh minat
dan memperhatikan masalah yang diajukan guru
2.
Memilih pemeran
Memilih peran dalam pembelajaran, tahap
ini peserta didik dan guru mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa
yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka
kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi
pemeran. Jika para peserta didik tidak menyambut tawaran tersebut, guru dapat
menunjuk salah seorang peserta didik yang pantas dan mampu memerankan posisi
tertentu.
Menyususn tahap-tahap baru, pada tahap ini para pemeran menyusun garis-garis besar adegan yang akan dimainkan. Dalam hal ini, tidak perlu ada dialog khusus karena para peserta didik dituntut untuk bertindak dan berbicara secara spontan. Guru membantu peserta didik menyiapkan adegan-adegan dengan mengajukan pertanyaan, misalnya di mana pemeranan dilakukan, apakah tempat sudah dipersiapkan, dan sebagainya. Persiapan ini penting untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi seluruh peserta didik, dan mereka siap untuk memainkannya.
Menyususn tahap-tahap baru, pada tahap ini para pemeran menyusun garis-garis besar adegan yang akan dimainkan. Dalam hal ini, tidak perlu ada dialog khusus karena para peserta didik dituntut untuk bertindak dan berbicara secara spontan. Guru membantu peserta didik menyiapkan adegan-adegan dengan mengajukan pertanyaan, misalnya di mana pemeranan dilakukan, apakah tempat sudah dipersiapkan, dan sebagainya. Persiapan ini penting untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi seluruh peserta didik, dan mereka siap untuk memainkannya.
3.
Menyiapkan pengamat
Menyiapkan pengamat, sebaiknya pengamat
dipersiapkan secara matang dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar
semua peserta didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan
aktif mendiskusikannya. Menurut Sharfel dan Shaftel (1967), agar pengamat turut
terlibat, mereka perlu diberi tugas. Misalnya menilai apakah peran yang
dimainkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya? Bagaimana keefektifan perilaku
yang ditunjukkan pemeran? Apakah pemeran dapat menghayati peran yang dimainkan?
4.
Menyiapkan tahap-tahap permainan peran
5.
Pemeranan
Tahap pemeranan, pada tahap ini para
peserta didik mulai beraksi secara spontan, sesuai dengan peran masing-masing.
Merka berusaha memainkan setiap peran seperti benar-benar dialaminya. Mungkin
proses bermain peran tidak berjalan mulus karena para peserta didik ragu dengan
apa yang harus dikatakan akan ditunjukkan. Shaftel dan Shfatel (1967)
mengemukakan bahwa pemeranan cukup dilakukan secara singkat, sesuai tingkat
kesulitan dan kompleksitas masalah yang diperankan serta jumlah peserta didik
yang dilibatkan, tak perlu memakan waktu yang terlalu lama. Pemeranan dapat
berhenti apabila para peserta didik telah merasa cukup, dan apa yang seharusnya
mereka perankan telah dicoba lakukan. Adakalanya para peserta didik keasyikan
bermain peran sehingga tanpa disadari telah mamakan waktu yang terlampau lama.
Dalam hal ini guru perlu menilai kapan bermain peran dihentikan. Sebaliknya
pemeranan dihentikan pada saat terjadinya pertentangan agar memancing
permasalahan untuk didiskusikan.
6.
Diskusi dan evaluasi
Diskusi dan evaluasi pembelajaran,
diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat telah terlibat dalam
bermain peran, baik secara emosional maupun secara intelektual. Dengan
melontarkan sebuah pertanyaan, para peserta didik akan segera terpancing untuk
diskusi. Diskusi mungkin dimulai dengan tafsirkan mengenai baik tidaknya peran
yang dimainkan selanjutnya mengarah pada analisis terhadap peran yang
ditampilkan, apakah cukup tepat untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
7.
Pemeranan ulang
Pemeranan ulang, dilakukan berdasarkan
hasil evaluasi dan diskusi mengenai alternative pemeranan. Mungkin ada
perubahan peran watak yang dituntut. Perubahan ini memungkinkan adanya
perkembangan baru dalam upaya pemecahan masalah. Setiap perubahan peran akan
mempengaruhi peran lainnya.
8.
Diskusi dan evaluasi kedua
Diskusi dan evaluasi tahap dua, diskusi
dan evaluasi pada tahap ini sama seperti pada tahap enam, hanya dimaksudkan
untuk menganalisis hasil pemeranan ulang, dan pemecahan masalah pada tahap ini
mungkin sudah lebih jelas. Para peserta didik menyetujui cara tertentu untuk
memecahkan masalah, meskipun dimungkinkan adanya peserta didik yang belum
menyetujuinya. Kesepakatan bulat tidak perlu dicapai karena tidak ada cara yang
pasti dalam menghadapi masalah kehidupan.
9.
Membagi pengalaman dan menarik generalisasi
Membagi pengalaman dan pengambilan
kesimpulan, tahap ini tidak harus menghasilkan generalisasi secara langsung
karena tujuan utama bermain peran ialah membantu para peserta didik untuk
memperoleh pengalaman berharga dalam hidupnya melalui kegiatan interaksional
dengan temannya. Mareka bercermin pada orang lain untuk lebih memahami dirinya.
Hal ini mengandung implikasi bahwa yang paling penting dalam bermain peran
ialah terjadinya saling tukar pengalaman. Proses ini mewarnai seluruh kegiatan
bermain peran, yang ditegaskan lagi pada tahap akhir. Pada tahap ini para
peserta didik saling mengemukakan pengalaman hidupnya dalam berhadapan dengan
orang tua, guru, teman dan sebagainya. Semua pengalaman peserta didik dapat diungkap
atau muncul secara spontan.
Terdapat
tiga hal yang menentukan kualitas dan keefektifan bermain peran sebagai metode
pembelajaran:
1.
Kualitas pemeranan
2.
Analisis dalam diskusi
3. Pandangan
peserta didik terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi
kehidupan nyata.
Langkah-langkah pelaksanaan metode bermain peran :
1. Dilaksanakan
dengan memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
2. Memberi
penjelasan tentang tata cara jalannya metode bermain peran dengan sebelumnya
menyusun atau menyiapkan scenario yang akan ditampilkan
3. Memotivasi
siswa (kegiatan memotivasi siswa baru dilakukan pada saat permainan peran
diulang)
4. Menjelaskan
materi yang akan diajarkan
5. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok
beranggotakan 5-7 siswa
6. Guru menyiapkan scenario/naskah
dengan tema cerita yang menarik
7. Ketua kelompok membagi peran
masing-masing sesuai yang terdapat dalam scenario. Guru pun dapat memegang
salah satu peran apabila dirasakan memang perlu
8. Tiap-tiap pemain menghapalkan dialog
dalam skenario.
9. Guru menunjuk salah satu kelompok
yang sudah benar-benar siap untuk menampilkan naskah pementasan
10.
Demikian seterusnya sampai seluruh kelompok tampil
11.
Evaluasi, meliputi lafal, intonasi, ekspresi, penghayatan
dan penampilan
12.
Kesimpulan
Salah
satu contoh langkah-langkah
pembelajaran lainnya, sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran/KD.
2. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok
beranggotakan 3-4 siswa.
3. Guru menyiapkan scenario/naskah
dengan tema cerita yang menarik.
4. Ketua kelompok membagi peran masing-masing
sesuai yang terdapat dalam scenario. Guru pun dapat memegang salah satu peran
apabila dirasakan memang perlu.
5. Tiap-tiap pemain menghapalkan dialog
dalam scenario.
6. Guru menunjuk salah satu kelompok
yang sudah benar-benar siap untuk menampilkan naskah pementasan.
7. Demikian seterusnya sampai seluruh
kelompok tampil.
8. Evaluasi, meliputi
lafal,intonasi,ekspresi, penghayatan dan penampilan.
9. Kesimpulan.
2.5
Kelebihan
dan kekurangan metode bermain peran
Ø
Keunggulan
Bermain Peran
Menurut Ramayulis (2008:311-312), kelebihan metode bermain peran,
yaitu :
a.
Untuk mengajar peserta didik
supaya bisa menempatkan dirinya dengan orang lain
b.
Guru dapat melihat kenyataan
yang sebenarnya dari kemampuan peserta didik
c.
Bermain peran dn permainan
peran menimbulkan diskusi yang hidup
d.
Peserta didik akan mengerti sosial
psychologis
e.
Metode bermain peran dapat
menarik minat peserta didik
f.
Melatih peserta didik untuk
berinisiatif berkreasi
Kedisiplinan Belajar dapat ditanamkan
kepada siswa-siswi melalui metode bermain peran karena:
a.
Memberikan pengalaman
langsung kepada siswa untuk memecahakan masalah yang dihadapinya secara nyata.
b.
Dengan metode bermain
peran membantu para siswa menentukan makna-makna kehidupan dari lingkungan
sosial yang bermanfaat bagi dirinya.
c.
Melatih siswa untuk
menjunjung tinggi nilai-nilai demokratif sekaligus bertanggung
jawab dalam mengimplementasikan nilai-nilai pancasila.
Selain itu, kelebihan
metode bermain peran:
a. Dapat
berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan
pengalaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan
b. Sangat
menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh
antusias
c. Membangkitkan
gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa
kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
d. Dapat
menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik
butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
e. Dimungkinkan
dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka
kesempatan bagi lapangan kerja
f. Siswa
melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan.
Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan,
terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan
siswa harus tajam dan tahan lama.
g. Siswa
akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain peran para
pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang
tersedia.
h. Bakat
yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau
tumbuh bibit seni drama dari sekolah.
i.
Kerjasama antar pemain
dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.
Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.
Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.
j.
Bahasa lisan siswa dapat
dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami orang lain.
k. Mengembangkan kreativitas siswa
(dengan peran yang dimainkan siswa dapat berfantasi)
l.
Memupuk kerjasama antara siswa.
m. Siswa lebih memperhatikan pelajaran
karena menghayati sendiri.
n. Memupuk keberanian berpendapat di
depan kelas.
o. Melatih siswa untuk menganalisa
masalah dan mengambil kesimpulan dalarn waktu singkat.
Ø
Kelemahan
Bermain Peran
Menurut Ramayulis (2008: 312-313), yaitu :
a.
Sukar untuk memilih anak yang
betul-betul berwatak sesuai peran untuk memecahkan masalah tersebut.
b.
Perbedaan adat istiadat
kebiasaan dan kehidupan-kehidupan dalam suatu masyarakat akan mempersulit
pelaksanaannya.
c.
Anak-anak yang tidak mendapat
giliran akan menjadi pasif.
d.
Kalau metode ini dipakai untuk
tujuan yang tidak layak.
e.
Kalau guru kurang bijaksana
tujuan yang dicapai tidak memuaskan.
f.
Adanya kurang kesungguhan para
pemain menyebabkan tujuan tak tercapai.
g.
Pendengar (siswa yang tak
berperan) sering mentertawakan tingkah laku pemain sehingga merusak suasana.
h.
Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak
guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya
i.
Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu
untuk melakukan suatu adegan tertentu
j.
Apabila pelaksanaan bermain peran dan bermain pemeran
mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi
sekaligus berarti tujuan pembelajaran tidak tercapai
k.
Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode
ini
l.
Pada pelajaran agama masalah keimanan, sulit disajikan
melalui metode bermain peran dan bermain peranan ini.
m. Sebagian anak yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang aktif.
n.
Banyak memakan waktu.
o.
Memerlukan tempat yang cukup
luas.
Usaha-usaha untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan metode bermain peran:
a. Guru harus menerangkan kepada siswa
untuk memperkenalkan metode ini, bahwa dengan jalan bermain peran siswa
diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan sosial yang aktual ada di
masyarakat kemudian guru menunjuk beberapa siswa yang akan berperan masing-masing
akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan perannya dan siswa yang lain
menjadi penonton dengan tugas-tugas tertentu.
b. Guru harus memilih masalah yang
urgen sehingga menarik minat anak. Ia mampu menjelaskan dengan baik dan menarik
sehingga siswa terangsang untuk berusaha memecahkan masalah itu.
c. Agar siswa memahami peristiwanya
maka guru harus bisa menceritakan sambil mengatur adegan yang pertama.
d. Bobot atau luasnya bahan pelajaran
yang akan didramakan harus disesuaikan dengan waktu yang tersedia. Oleh karena
itu harus diusahakan agar para pemain berbicara dan melakukan gerakan jangan
sampai banyak variasi yang kurang berguna.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode
bermain adalah suatu cara mengajar dengan jalan
mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Titik tekanannya
terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu
situasi masalah yang secara nyata dihadapi oleh peserta didik.
Melalui metode bermain peran siswa
diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi, dengan bantuan kelompok sosial
yang anggotanya teman-temannya sendiri. Dengan kata lain metode ini berupaya
membantu individu melalui proses kelompok sosial. Melalui bermain peran, para siswa mencoba mengeksploitasi
masalah-masalah hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya. Hasilnya
didiskusikan dalam kelas.
3.2 Saran
Dalam memilih suatu metode
pembelajaran, guru harus memperhatikan kesesuaian materi yang akan diajarkannya.
Metode bermain peran disarankan digunakan jika
materi yang diampaikan cocok dengan metode bermain peran. Metode bermain peran
cocok dengan siswa yang kinestetiknya tinggi, atau tidak bisa diam, apalagi
hanya mendengarkan penjelasan atau membaca teks, karena dapat dipastikan tidak
banyak materi yang dapat tersampaikan. Namun melalui bermain peran, siswa akan
memahami materi dalam waktu lama karena siswa terlibat, mengalami secara
langsung dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ainamulyana.blogspot.com
/search/label/METODE BERMAIN PERAN
Dedenbinloade.blogspot.com/2010/01/penerapan-model—pembelajaran.cole.html
Purnomo,
Bayu Gilang. Metode Sosio Drama [online]. Tersedia : http://www.metode-sosio-drama-bermain-peran.
(Selasa, 1 November 2011)
Rahmad,
Widodo. Metode Pembelajaran bermain Peran [online]. Tersedia : http://www.metode-pembelajaran.bermain.peran.
(30 November 2009)
Santoso,
Budi. Metode Pembelajaran Bermain Peran [online]. Tersedia : http://eko-buudi-blok-media-pembelajaran-bermain-peran
( Jumat, 20 Mei 2011)
Terimakasih untuk mereka,NANDA MASYITHA DAN ERIK YOPIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar